Lembaga Survei KedaiKopi mendapati sebanyak 59,7 persen responden tahu pengembangan vaksin merah putih. Lalu, sebanyak 70,7 persen responden optimis vaksin merah putih dapat menyelesaikan pandemi Covid 19 di Indonesia dan 29,3 persen responden mengaku tidak optimis. Hasil itu ditemukan dari survei opini publik KedaiKopi pada 8 10 Oktober 2020, dengan jumlah responden 803 terkait pengembangan vaksin merah putih yang dikembangkan di dalam negeri.
"Pengetahuan publik terhadap vaksin merah putih hampir 60 persen, di sini kita bisa lihat kecenderungan publik terhadap vaksin merah putih 70,7 persen optimis, yang tidak optimis 29,3 persen, jadi skala 1 10 rata rata optimismenya ada di angka 6,3," kata Manajer Riset Lembaga Survei KedaiKopi Justito Adiprasetio, dalam Webinar bertajuk 'Apa Kabar Vaksin Merah Putih?' Sabtu (17/10/2020). Lebih lanjut, Justito menjelaskan survei ini tak hanya fokus pada pemahaman publik terhadap vaksin merah putih, tapi juga inovasi lainnya yang dikembangkan oleh Indonesia seperti genose, dan ventilator. Sebagai informasi, Genose adalah alat deteksi cepat Covid 19 hasil kerja sama UGM dan dipromosikan oleh Kemenristek.
Genose menggunakan mesin Artificial Intelligence (AI) yang dapat mendeteksi Covid 19 dari napas seseorang. Justito mengungkapkan, sebanyak 55 persen responden tahu tentang inovasi Genose, dan 45 persen responden mengaku tidak tahu. "Di sini bisa jadi catatan bahwa inovasi ini agar diperkenalkan lebih jauh, sehingga publik bisa tahu lebih jauh tentang apa yang dilakukan pemerintah," jelasnya.
Ia juga menyebut, bahwa surveinya juga mengukur sejauh mana pengetahuan publik terhadap inovasi ventilator yang dikembangkan ITB, UI, dan Unpad. Sebanyak 53,1 persen responden mengaku tahu, dan 44,9 persen responden mengaku tidak tahu inovasi tersebut. "Kita lihat angka ketidaktahuan terhadap inovasi ventilator cukup tinggi, Kemenristek agar menginformasikan pengembangan ke masyarakat agar tercipta trust kepada pemerintah," kata Justito.
Ada pun wilayah survei ini terbatas di DKI Jakarta dan metode survei yang digunakan adalah telesurvei. Responden adalah pekerja kantor di Jakarta dengan usia lebih dari 17 tahun, 55,3 persen responden laki laki dan 44,7 persen responden perempuan. Mayoritas dari responden berpendidikan SMA/sederajat 54,9 persen, kemudian S1/D4 26,5 persen, tamat D1/D2/D3 15,1 persen. Sebanyak 83,7 persen responden merupakan karyawan swasta atau buruh.
Rata rata pengeluaran responden berada pada kisaran lebih dari Rp3 juta sebanyak 61,5 persen, lalu pada Rp2juta Rp3 juta sebanyak 21,5 persen.